LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK 6
TENTANG EPILEPSI



Disusun oleh :
1. UJI LUHUR ISTIARTO
2. WIJI HASTUTI
3. WINDIYATUN EKANINGSIH
4. WIRATI ENNY SAYEKTI
5. YUPI NURHASTUTI
6. AKHLIS HIDAYATUL AKBAR
7. ARI MUKTI WIBOWO
8. ITA NUR FIDNIYAH
9. NIKMAH KHURIATI SOLEHAH
10. HAFIZ ILMAN ASVITO
11. FITRI SUSANTI


PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH GOMBONG
2010
EPILEPSI
A. Pengertian
Kejang adalah gangguan sistem SSP local atau sistemik sehingga kejang bukan merupakan suatu penyakit, kejang merupakan tanda paling penting akan adanya suatu penyakit lain sebagai penyebab kejang.
Kejang adalah gerakan otot tubuh secara mendadak yang tidak disadari baik dalam bentuk kronik atau tonik dengan atau tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karakteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversible (Tarwoto,2007)
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan cirri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversible dengan berbagai etiologi (Arif, 2000)
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan cirri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik (anonym,2008)

B. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik) sering terjadi pada :
1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2. Cidera kepala, infeksi sistem syaraf
3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alcohol
4. Demam, gangguan metabolic (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5. Tumor otak
6. Kelainan pembuluh darah
C. Patofisiologi
Otak merupakan pusat penerimaan pesan (impuls sensorik) dan merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta neron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butirik-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan focus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrite ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, Aktifitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada thalamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penuruna kesadaran.

D. Manifestasi Klinik
1. Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan.
2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptic (Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)
E. Penatalaksanaan Epilepsi
Obat-obatan yang diberikan pada pasien epilepsi tidak langsung menyembuhkan epilepsi, tapi hanya bersifat mengendalikan atau menjarangkan serangan, bahkan menghilangkannya. "Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah bebas kejang," paparnya.
Seorang penyandang epilepsi umumnya memerlukan obat sampai tidak dijumpai lagi serangan dalam jarak waktu tertentu, tergantung dari tipe epilepsi, riwayat epilepsi masa lalu, dan hasil rekaman listrik otak.
Tindakan operasi bisa dilakukan jika pengobatan yang diberikan pada pasien tidak mengurangi keluhan epilepsi. "Di RSCM, tindakan operasi bisa dilakukan jika pemeriksaan MRI menunjukkan ada glioma atau jenis tumor jinak," imbuh dr.Hanafi. Meski sudah dilakukan operasi, namun pasien epilepsi tetap wajib mengonsumsi obat anti kejang.
Yang penting diketahui orangtua, epilepsi tidak selalu mengakibatkan kemunduran kecerdasan pada penderita. Anak juga bisa bisa beraktivitas dengan normal seperti anak sehat lainnya asalkan tetap teratur mengonsumsi obat.
Epilepsi pada anak-anak dapat disembuhkan dengan menjalani pengobatan rutin yang teratur, selama minimal dua tahun sejak kejang yang muncul terakhir. Penanganan yang benar dan rutin terbukti menaikkan tingkat kesembuhan pasien hingga di atas 80 persen.







F. Pathway






























G. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan
Untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degenerative serebral.
2. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan.
3. Magnetic resonance imaging (MRI)
4. Kimia darah : hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alcohol darah.

H. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan kejang
b. Riwayat kejang demam
c. Tumor intrakranial
d. Trauma kepala terbuka, stroke
e. Riwayat kejang
• Berapa sering terjadi kejang
• Gambaran kejang seperti apa
• Apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal
• Apa yang dilakukan pasien setelah kejang
• Riwayat penggunaan obat
 Nama obat yang dipakai
 Dosis obat
 Berapa kali penggunaan obat
 Kapan putus obat
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium
b. Radiologi


I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan nafas, pola nafas tidak efektif
2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyebab penyakit dan aturan pengobatan

J. Intervensi
1. Dx : ketidakefektifan jalan nafas, pola nafas tidak efektif
Tujuan dan kriteria hasil :
Menunjukan status respirasi ventilasi
Intervensi :
Mandiri
 Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.
R : untuk meminimalkan terjadinya cidera pada mulut.
 Letakan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.
R : untuk mengurangi/menhilangkan kejang pada pasien.
 Masukan spatel lidah atau gulungan benda lunak sesuai dengan indikasi
R : untuk mengkondisikan lidah supaya tidak menggulung dan menutupi jalan nafas.
 Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi
R : untuk mengurangi sekret

Kolaborasi
 Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan pada fase posiktal
R : untuk mempertahankan ekspansi paru
 Siapkan untuk melakukan intubasi, jika ada indikasi
R : untuk menghindari komplikasi paru yang lebih lanjut


2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Tujuan dan kriteria hasil :
Menunjukan pengetahuan contoh : penjelasan tentang penyebab penyakitnya/pengobatannya.
Mandiri
 Jelaskan kembali mengenai patofisiologi/prognosis penyakit dan perlunya pengobatan atau penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai indikasi.
R : supaya pasien dan keluarga tau plening/tindakan kperawatan terhadap pasien kedepannya
 Tinjau kembali obat-obat yang didapat, penting sekali memakan obat sesuai petunjuk, dan tidak menghentikan pengobatan tanpa pengawasan dokter. Termasuk petunjuk untuk pengurasi dosis
R.:Untuk mengetahui terapi obat, dan tidak terjadi overdosis / salah obat.
 Berikan petunjuk yang jelas pada pasien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan, jika memungkinkan.
R : agar obat dapat bereaksi dengan baik.
 Diskusikan mengenai efek samping secara khusus, seperti mengantuk, hiperaktif, gangguan tidur, hipertrofi pada gusi, gangguan penglihatan, mual/muntah, ruam pada kulit, sinkope/ataksia, kelahiran yang terganggu dan anemia aplastik.
R : memberikan penkes terhadap keluarga dan pasien supaya tau indikasi dari epilepsi.
 Anjurkan pasien untuk menggunakan semacam gelang identifikasi/semacam petunjuk yang memberitahukan bahwa pasien adalah penderita epilepsy.
R : untuk membedakan pasien epilepsi dan yang bukan.
 Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi yang teratur/melakukan pemeriksaan laboratorium yang teratur sesuai dengan indikasi, seperti darah lengkap harus diperiksa minimal dua kali dalam satu tahun dan munculnya sakit tenggorok atau demam
R : untuk mencegah pasien terjangkit penyakit yang sama.
 Diskusikan manfaat dari kesehatan umum yang baik, seperti diet yang adekuat, istirahat yang cukup dan hindari bahaya, alcohol, kafein dan obat yang dapat menstimulasi kejang
R : untuk mengetahui status nutrisi dan diet apa yang harus diberikan.
 Tinjau kembali pentingnya kebersihan mulut dan perawatan gigi teratur
R : untuk memenuhi personal higiene pasien.


















DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.
Corwn elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doengoes Marlyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Huddak dan Gallo. 1996. Perawatan Kritis, Edisi VI, Volume II. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medika Acisculapus.
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, Judith. M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC NOC. Jakarta: EGC.
0 Responses

jalan terbaik

    news

    Portal ke Blog Kelompok Lain

    Google Translate

    cOmmEnT heRe

    Anggota Kelompok 6

    Untuk Lebih Jelas Bisa Di klik pada Gambar

    Taufik Febrianto

    Hafizh Ilman Asvito

    Akhlis Hidayatul Akbar

    Akhlis Hidayatul Akbar

    Uji Luhur Istiyarto

    Wirati Enny Sayekti

    Ari Mukti Wibowo(foto belum ada)

    Windiyatun Ekaningsih

    Ita NurFidniyah

    Wiji Hastuti

    Yupi Nurhastuti

    Nikmah Khuriyati Solehah

    Fitri Susanti