makalah kanker kulit


PENDAHULUAN
A.    PENGERTIAN
Kanker kulit nonmalenoma adalah kanker yang tersering ditemukan di Amerika Serikat, dengan perkiraan insidensi setiap tahunnya lebih dari 600.000 kasus. Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan 70 – 80% dari semua kanker kulit nonmalenoma. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) walaupun hanya merupakan 20% dari semua kanker kulit nonmalenoma, lebih bermakna karena kemampuan metastasinya. (Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam hal. 2073).
Kanker kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-macam sesuai dengan jenis sel yang terkena. Akan tetapi yang paling sering terdapat adalah karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM). Karsinomasel basal  dan karsinoma sel skuamosa seringkali digolongkan ke dalam kanker kulit non melanoma (KKNM). (www.kankerkulit.com diakses tanggal 30 Juni 2011, jam 10.55 WIB ).
Melanoma maligna adalah tahi lalat atau bercak kecoklatan kulit yang ganas dan merupakan kanker kulit yang paling berbahaya. Kanker ini berkaitan dengan pajanan yang berlebihan terhadap radiasi ultra violet paling sering menyerang individu berkulit terang dan berambut pirang atau merah. Penyakit ini ditandai perubahan dalam warna, bentuk dan ukuran tahi lalat atau tahi lalat yang berdarah atau gatal. Prognosis bergantung pada  ketebalan breslow penetapan stadium yang melibatkan penetuan status kelenjar limfe dengan biopsi kelenjar sentinel. Karsinoma sel basal atau ulkus rodens merupakan kanker kulit yang paling sering penyakit ini umum nya terkalit dengan pajanan terhadap sinar matahari yang berlansung bertahun – tahun. Misalnya individu yang bekerja di luar (pekerja bangunan) atau mereka yang berkulit terang dan tinggal di dekat khatulistiwa meskipun menyebabkan kerusakan lokal yang luas namaun kanker ini tidak pernah bermetatastis. Karsinoma sel skuamosa adalah sel kanker invasit yang jika di biarkan dapat bermetastatis. Terapi kanker ini mungkin eksisi yang luas. (Eksklopedia keperawatan: 2009 hal 334 – 335).

B.     ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang terdiri atas lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis terdiri atas beberapa lapis lagi. Paling atas adalah lapisan tanduk (stratum korneum). Berturut-turut di bawahnya stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (terdiri atas sel keratinosit dan melanosit). Adapun lapisan dermis mempunyai dua bagian yaitu pars papilare dan pars retikulare. Lapisan kulit paling bawah adalah subskutis yang dibentuk oleh jaringan lemak. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.Selain lapisan-lapisan di atas, kulit juga terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Semuanya itu disebut adneksa kulit. Kelenjar kulit terletak di lapisan dermis yang terdiri atas kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar palit (glandula sebasea). Rambut terdiri atas bagian yang berada di bawah kulit (akar rambut) dan yang di atas kulit (batang rambut). Sedangkan kuku merupakan penebalan lapisan tanduk di ujung-ujung jari tangan dan kaki.   ( www.kankerkulit.com diakses 30 Juni 2011, jam 10.55 WIB )
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaan nya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.
Fungsi kulit :
-          Sebagai proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis dan mekanis.
-          Sebagai proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum kornium yang impermiabel terhadap berbagaizat kimia dan air.
-          Fungsi absorsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan ,dan benda padat tetapi larutan yang mudah menguap mudah di serap begitu juayang larut dalam lemak.
-          Fungsi kulit sebagai pengatur panas.
-          Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat – zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl dan amoniak.
-          Fungsi persepsi.kulit mengandung ujung – ujung syaraf sensorik di dermis dan sub kutis respon terhadap rangsangan panas di perankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin di perankan oleh dermis perabaan diperan kan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan di perankan oleh epidermis . ( Syarifudin, 2006 : 314 -316 )

Kulit terdiri atas dua lapisan epidermis dan dermis di bawah nya meskin secara teknis bukan bagian kulit, hipodermis berada di bawah dermis. Kulit melakukan berbagai fungsi :
-          Perlindungan diberi oleh kulit dari invansi biologi, kerusakan kulit dan radiasi ultra violet
-          Sensasi sentuhan rasa sakit dan panas di berikan oleh ujung syaraf
-          Termoregulasi ( pengaturan suhu) di tunjang melalui berkeringat dan pengaturan aliran darah yang melewati kulit
-          Metabolisme vitamin D ada di kulit
-          Penyimpanan darah  yang dapat di pindahkan kebagian tubuh yang lain ketika di perlukan terjadi di dalam kulit
-          Eksresi/ pengeluaran garam dan sejumlah zat sisa ( amoniak dan urea) terjadi dalam produksi keringat. ( Anatomi dan Fisiologi, Phillip E.Pack, Ph.D : 2007 hal 54 – 55).

C.    KLASIFIKASI
1.      Karsinoma Sel Basal
Merupakan jenis penyakit kanker kulit yang paling banyak diderita. Kanker jenis ini tidak mengalami penyebaran kebagian tubuh lainnya. Tetapi sel kanker dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit sekitarnya.
Warna kulit yang terang dan sering terkena pijaran cahaya matahari keduanya diduga sebagai penyebab jenis kanker ini adalah system imun tubuh yang lemah (baik dampak penyakit lain atau pengobatan), luka bakar sinar x-ray.
ð  Tanda dan gejala :
Bagian tubuh yang terserang kanker sel basal biasanya wajah, leher, dan kulit kepala. Adapun tanda-tanda penyakit kanker berjenis ini adalah benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan pinggir meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan seperti jaringan parut dan lecet/luka yang tidak sembuh-sembuh.
ð  Terapi dan Pengobatan :
Tindakan yang dilakukan umumnya adalah pembedahan atau pengangkatan jaringan kulit (kanker) secara komplit atau pula dengan tindakan penyinaran. Metode lainnya yang juga kerap dilakukan adalah bedah beku, bedah listrik, leser, disuntikkan (kemoterapi).
2.      Karsinoma Sel Skuamosa
Merupakan jenis penyakit kanker kulit yang lebih banyak diderita pria terutama kaum lansia. Ini adalah jenis kanker kulit dimana terjadi keganasan sel keratirosit epidermis yang merupakan kanker kulit kedua tersering. Penyakit kanker kulit ini dapat menyebar kebagian tubuh yang lain. Umumnya diderita mereka yang berada di wilayah tropic. Seperti halnya penderita penyakit KSB, kanker kulit jenis ini juga diduga akibat sinar matahari.
Imun tubuh yang lemah virus, bahan-bahan kimia dan jaringan parut juga dapat menimbulkan penyakit ini. Adapun tanda dan gejalanya adalah mempunyai kelainan berupa benjolan atau luka yang tidak sembuh-sembuh. Diagnosa ditegakkan dari metode yang sama pada KSB, begitupun tindakan terapi dan pengobatan cenderung sama dengan kanker sel basal.
3.      Melanoma Maligna
Melanoma maligna merupakan jenis penyakit kanker kulit yang paling ganas dan berpotensi mematikan. Melanoma maligna bisa berkembang dari tahi lalat timbul yang sudah ada atau yang baru muncul.
ð  Tanda dan Gejala :
Informasi ini sangat penting sekali bagi mereka yang memiliki tahi lalat yang kemudian mengalami perubahan baik warna, ukuran, maupun bentuknya. Tahi lalat terkadang terasa gatal dan bila digaruk mengeluarkan darah. Sel kanker ini tumbuh dari melanosit yaitu sel kulit yang berfungsi menghasilkan zat warna melanin.
Kanker ini dapat dicurugai dengan ABCD yaitu :
A : Asimetris bentuknya tak beraturan.
B : Border atau pinggirannya juga tidak rata.
C : Color atau warnanya yang bervariasi dari satu area ke area lainnya, bisa  kecoklatan sampai hitam.bahkan dalam kasus tertentu ditemukan berwarna putih, merah, biru.
D : Diameternya lebih besar dari 6mm.



ð  Terapi dan Pengobatan :
Melanoma maligna merupakan jenis kanker kulit yang aling ganas dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya seperti kelenjar limfa. Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker jenis ini adalah pengangkatan secara komlik jaringan kanker dengan jalan pembedahan, apabila telah diketahui terjadi penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk mengangkat jaringan disekitarnya. Jika sel kanker ditemukan menyebar ke kelenjar limfa, maka mau tidak mau kelenjarnya juga diangkat.

4.      ETIOLOGI
Pejanan sinar matahari merupakan penyebab utama kanker kulit. Perubahan dalam lapisan ozon akibat plusi seperti polusi klorofluorokarbon, bagi orang yang mendapat terapi engan menggunakan sinar x juga menyebabkan terjadinya kanker kulit. Peningkatan kanker kulit disebabkan oleh perubahan gaya hidup, kebiasaan orang untuk berjemur serta melakukan aktivitas di bawah sinar matahari.
Penyebab lain yang di temukan dari kanker kulit antata lain :
-          Disebabkan adanya faktor genetik
-          Kekurangan produksi pigmen melanin di dalam kulit
-          Terjadinya kontak dengan zat-zat kimia tertentu, seperti senyawa arsen, nitrat, batubara, aspal dan paraffin
-          Pemajanan sinar X industri dan medical

Penyebab karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa adalah multifaktor, dengan faktor lingkungan dan pejamu berperan penting. Faktor pejamu selain usia dan jenis kelamin adalah keturunan Celtic, warna kulit terang, kecenderungan mudah terbakar sinar matahari, radiodermatitis, luka bakar termal, serta jaringan parut dan ulkus kronik tertentu. Beberapa penyakit herediter dikaitkan dengan kanker kulit (misalnya, xeroderma pigmentosum). Di antara penyebab lingkungan, pajanan sinar matahari, terutama spectrum ultraviolet B (UV-B), tampaknya merupakan factor yang paling bermakna. Banyak terdapat bukti yang menunjang peran pajanan UV-B kronik pada kulit dalam pathogenesis kanker kulit. Insidensi tumor ini meningkat seiring dengan penurunan garis lintang. Sebagian besar tumor timbul di bagian tubuh yang terpajan matahari di kepala dan leher dan lebih sering di sisi kiri di Amerika Serikat dan di sisi kanan di Inggris, mungkin berkaitan dengan pajanan asimetrik sewaktu mengendarai mobil. Insidensi yang lebih tinggi terjadi pada individu yang bekerja di luar rumah. Seiring dengan semakijn menipisnya lapisan ozon protektif, dapat diperkirakan akan terjadi peningkatan insidensi kanker kulit. Di antara karsinogen kimia, arsen adalah yang terpenting. Pajanan biasanya melalui obat atau air sumur. Kanker kulit pada individu yang terkena mungkin dijumpai dengan atau tanpa tanda arsenisme kronik di kulit. Pasien transplantasi yang mendapat terapi imunosupresif kronik sangat rentan terhadap karsinoma sel skuamosa. Frekuensi kanker kulit  setara dengan lama imunosupresif dan tingkat pajanan matahari. Papilomavirus manusia (HPV) dan UV-B dapat berfungsi sebagai kokarsinogen. Kanker kulit tidak jarang ditemukan pada pasien yang terinfeksi oleh HIV dan mungkin lebih agresif dalam situasi ini. Seiring dengan meningkatnya harapan hidup pasien HIV, kanker kulit mungkin juga akan semakin menjadi masalah. (Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam hal. 2073)

Penyebab lain karsinoma basal adalah pengobatan radiologi sebelumnya menyembuhkan penyakit kulit lain, kontak dengan arsen, dan gangguan genetik yang jarang ( xeroderma, pigmentorsum dan sindrom karsinoma sel basal nevoid). Sinar ultra violet panjang UVA yang di pancarkan oleh alat yang membuat kulit kecoklatan seperti terbakar sinar matahari dan juga merusak epidermis dan di anggap sebagai karsinogenik. Karsinoma sel skuamosa secara khas muncul pada kulit yang rusak karena sinar matahari dengan keratosis aktinik multifel. Sinar matahari merupakan faktor etiologi utama sel skuamosa.  Kebayakan melanoma maligna timbul pada usia 40 – 70 tahun tetapi ada peningkata usia 20 – 40 tahun. ( Patofisiologi, Sylvia A. Price : 2006 hal 1456 -1458 )

Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal dari sel basal epidermis. Terdapat beberapa tipe klinis karsinoma sel basal. Yang tersering adalah karsinoma sel basal nodululseratif, yang berawal sebagai nodus kecil berkilap seperti lilin, sering memperlihatkan pembuluh telangiektatik di permukaannya. Ukuran nodus membesar perlahan dan mungkin mengalami ulserasi di bagian tengahnya. Dapat ditemukan melanin dalam jumlah bervariasi di dalam tumor. Karsinoma sel basal dengan penimbunan pigmen dalam jumlah besar membentuk karsinoma sel basal pigmen. Walaupun secara klinis tidak lebih agresif daripada varian nodululseratif, tumor ini seperti dikira melanoma maligna. Karsinoma sel basal morfeaformis (fibrosa) bermanifestasi sebagai plak soliter yang datar atau sedikit cekung, berindurasi, dan keputihan atau kekuningan. Batas biasanya tidak jelas. Dari varian karsinoma sel basal, varian ini adalah yang paling agresif dan cenderung kambuh. Karsinoma sel basal superficial terdiri dari satu atau beberapa plak eritematosa berskuamosa yang membesar perlahan. Walaupun lebih sering ditemukan di badan dan ekstremitas, kepala dan leher juga dapat terkena. Lesi dapat disangka dermatosis meradang yang jinak, terutama eczema numularis dan psoriasis. (Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam hal. 2073)

Karsinoma sel skuamosa (KSS) kulit primer adalah neoplasma maligna dari sel epidermis yang mengalami keratinisasi. Tidak seeprti karsinoma sel basal, yang memiliki potensi metastasis yang sangat rendah. Karsinoma sel skuamosa dapat bermetastasis dan tumbuh cepat. Gambar klinis karsinoma sel skuamosa sangat bervariasi. Umumnya muncul sebagai nodus bertukak atau erosi superficial di kulit atau bibir bawah, tetapi lesi juga dapat berupa papula atau plak verukosa. Tidak seperti karsinoma sel basal, jarang dijumpai telangiektasia di atasnya. Batas tumor mungkin tidak jelas, dan dapat berupa terjadi fiksasi ke jaringan di bawahnya. Karsinoma sel skuamosa kulit dapat muncul di bagian tubuh mana saja tetapi biasanya terdapat di kulit yang mengalami kerusakan akibat pajanan matahari.
Karsinoma sel skuamosa memiliki beberapa bentuk pramaligna (keratosis aktinik, keilitis aktinik, dan sebagian kornu kutaneum) dan bentuk in situ (mis. Penyakit Bowen) yang terbatas di epidermis. Keratosis aktinik (KA) dan keilitis adalah papula dan plak hiperkeratotik yang timbul di daerah terpajan sinar matahari. Walaupun potensi mengalami degenerasi maligna rendah risiko karsinoma sel skuamosa meningkat seiring dengan pertambahan jumlah lesi. Penyakit Bowen tampil sebagai plak eritematosa berskuama yang terdapat di kulit yang terpajan matahari maupun yang tertutup. Terdapat silang pendapat mengenai keterkaitan penyakit Bowen, dengan keganasan alat dalam; namun, bukti-bukti terakhir mengisyaratkan tidak adanya hubungan bermakna bila factor predisposisi lain (mis. Arsen) tidak ada. Terapi lesi pramaligna dan lesi in situ mengurangi risiko penyakit invasif. (Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam hal. 2074)

5.      MANIFESTASI KLINIS
-          Benjolan pada kulit yang menyerupai kutil (mengeras seperti tanduk), infeksi yang tidak sembuh - sembuh, bintik-bintik berubah warna dan ukuran, rasa sakit pada daerah tertentu, perubahan warna kulit berupa bercak-bercak. (www.cancerhelps.com diakses 30 Juni 2011, jam 10.55 WIB ).
-          Bagian tubuh yang terserang kanker sel basal biasanya wajah, leher dan kulit kepala. Adapun tanda-tanda penyakit kanker berjenis ini adalah benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan pinggir meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan seperti jaringan parut dan lecet/lika yang tidak sembuh-sembuh. Informasi ini sangat penting sekali bagi meraka yang memiliki tahi lalat yang kemudian mengalami perubahan baik warna, ukuran maupun bentuknya, Tahi lalat terkadang terasa gatal dan bila digaruk mengeluarkan darah. Sel kanker ini tumbuh dari melanosit, yaitu sel kulit yang berfungsi menghasilkan zat warna melanin.Kanker ini dicirikan dengan ABCD, yaitu A= Asimetrik, bentuknya tak beraturan. B= Border atau pinggirannya juga tidak rata. C= Color atau warnanya yang bervariasi dari satu area ke area lainnya. Bisa kecoklatan sampai hitam. Bahkan dalam kasus tertentu ditemukan berwarna putih, merah dan biru. D= Diameternya lebih besar dari 6 mm. (www. pengobatan-penyakit-kanker-kulit.com di akses 30 Juni 2011, jam 10.55 WIB).
-          Karsinoma sel basal biasanya terlihat seperti kecil, tumbuh lambat mengilap benjolan merah muda atau merah. Kadang pembuluh darah kecil dapat dilihat dalam tumor. Mereka biasanya muncul di wajah, kulit kepala, telinga dan bahu. Jika tidak diobati, mereka cenderung sering berdarah. Bentuk kanker kulit paling mematikan dan dengan perawatan yang tepat, dapat sepenuhnya disembuhkan dalam waktu singkat. Karsinoma sel skuamosa biasanya merah muda, menebal patch terkena sinar matahari, kulit. Jika tidak diobati, ia cenderung menjadi berkerak, memborok atau perdarahan dan dapat berkembang menjadi massa yang besar. Sel skuamosa kedua yang paling umum kanker kulit, melainkan fatal tetapi tidak fatal seperti melanoma. Sebagian besar melanoma adalah coklat hingga hitam tampak lesi dengan perbatasan tidak teratur. Tanda-tanda yang mungkin menunjukkan melanoma maligna termasuk perubahan diameter, bentuk, warna atau ketinggian tahi lalat. Tanda-tanda lain adalah munculnya tahi lalat baru pada batang selama masa dewasa, leher atau kepala atau nyeri, gatal, inflamasi, ulserasi atau perdarahan di mol yang ada. ( www. Informasi Gejala Kanker Kulit2.com di akses 30 Juni 2011, jam 10.55 WIB ).

6.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinik dan indeks kecurigaan kanker tertentu. Scan (misalkan MRI, CT, galllium) dan ultrasound : dilakukan untuk tujuan dignostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respon pada pengobatan. Biopsi (aspirasi, eksisi jarum, melubangi): dilakukan untuk mendiagnosis banding dan menggambarkan pengobatan yang dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dan sebagai nya. Contoh : sumsum tulang dilakukan pada penyakit mieloproliferatif untuk mendiagnosis pada tumor solid untuk pentahapan. Penanda tumor (zat yang dihasilkan dan disekresi oleh sel tumor dan di temukan dalam serum), misalnya CEA, antigen spesifik prostat, alfa – feto protein, HGC, kalsitonin. Dapat membantu dalam mendiagnosis tetapi bermanfaat sebagai prognostik atau monitor terapeutik. Reseptor ekstrogen dan progesteron adalah esai yang dilakukan pada jaringan payudara untuk memberikan informasi tentang apakah atau bukan manipulasi hormonal akan teraupetik pada kontrol penyakit metastatik. Tes kimia skrining: misal elektrolit (natrium, kalium, kalsium); tes ginjal (BUN/Cr); tes hepar (bilirubin, AST/ SGOT alkalin fosfat, LDH). Tes tulang (alkalin fosfat, kalsium). JDL dengan diferensial dan trombosit : dapat menunjukan anemia, perubahan pada SDM dan SDP; trombosit berkuarang atau meningkat. Sinar x dada : menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer. ( Dougues : hal 999).

7.      PENATALAKSANAAN
a.      Penatalaksanaan medis
·         Pembedahan
Ahli bedah biasanya akan mengangkat lesi ditambah batas-batas jaringan normal sekitarnya untuk mencegah berkembangnya kembali tumor tersebut. Satu margin 1-2 cm sekeliling melanoma dipertimbangkan secara adekuat untuk melanoma dengan ketebalan kurang dari 3mm. lesi-lesi dengan kedalaman lebih dari 1mm tetapi kurang dari 3mm ditangani melalui pembedahan dengan kesembuhan kira-kira 70-80%.
Lesi dalam lebih dari 3 mm kemungkinan akan mengalami kekambuhan sekitar 40-50%. Batas-batas reseksi sekeliling melanoma yang dalam ini biasanya direkomendasikan menjadi paling sdikit 2-3cm.
Terapi radiasi merupakan bentuk pengobatan lainnya. Dengan penggunaan energi sinar X dosis tinggi, kobalt, elektron, tau sumber-sumber radiasi lainnya untuk menghancurkan atau membunuh sel-sel melanoma.
·         Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan dengan berbagai cara salah satunya adalah secara topikal, dimana agen-agen tersebut diberikan secara langsung ada lesi. Agen-agen yang digunakan meliputi 5-fluorourasil atau psorelen. Obat-obat yang paling umum digunakan untuk ini meliputi melpalan, dakarbazasin (DTIC), dan sisplatin. Cara yang dilakukan dalam memberikan kemoterapi adalah secara sistemik. Saat ini, kemoterapi sistemik belum apat membuktikan efektivitasnya dalam mencegah kambuhnya penyakit pada pasien dengan jenis kanker fase dini. Tapi biasanya digunakan pada orang pada penyakit yang menyebar secara luas.
·         Terapi biologis
Terapi biologis juga disebut bioterapi atau immunoterapi, bekerja baik secara langsung ataupun tidak langsung melawan kanker dengan mengubah cara-cara tubuh untuk bereaksi terhadap kanker. Bentuk umum dari bioterapi dibawah penyelidikan untuk melanoma meliputi paksin, injeksi bskterium yang diketahui sebagai BSG (basilus calmeete Guerin) dan enggunaan interperon, interleunkin, dan antibiotic monoclonal. Vaksinasi tersebut dibuat dari melanoma yang diradiasi dan di nonaktifkan. Diharapkan vaksin-vaksin tersebut akan mensintesis system imun untuk mengenal melanoma dan oleh karenanya akan meningkatkan kemampuan system untuk menghancurkan melanoma tersebut. Injeksi BSG mempengaruhi stimulasi non spesifik dari system imun dan sedang dipelajari sebagai terapi untuk asien-pasien fase awal. Diharapkan bahwa bahwa injeksi BSG secara langsung kedalam metastase nodul-nodul subkutan dapat menyebabkan regresi lesi.
b.      Penatalaksanaan perawat
Karena banyak kanker kulit yang diangkat dengan tindakan eksisi, peran perawat adalah :
-          Meredakan nyeri dan ketidaknyamanan.
-          Pemberian analgetik yang tepat.
-          Meredakan ansietas
-          Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
c.       Pencegahan Kanker Kulit :
-          Jangan mencoba berjemur untuk membuat kulit lekas berwarna coklat kekuningan jika kulit anda mudah terbakar.
-          Hindari pejanan sinar matahari yang tidak diperlukan, khususnya ketika radiasi sinar UV terjadi intensif antara pukul 10.00 wib – 15.00 wib.
-          Jangan sekali-kali membiarkan kulit terbakar karena sinar UV.
-          Oleskan preparat tabir surya pelindung kulit jika anda harus berjemur bawah terik matahari. Preparat ini akan menghalangi pancaran sinar matahari yang berbahaya. Oleskan preparat tabir surya kembali sesudah terkena terik matahari dalam waktu yang lama.
-          Gunakan pelembab bibir ata ligloss yang mengandung reparat tabir surya dengan angka SPF tinggi.
-          Kenakan pakaian pelindung yang tepat (misalnya:topi, kemeja tangan panjang).
-          Jangan menggunakan lampu pemanas untuk membuat kulit berwarna cokelat kekuningan.




8.      KOMPLIKASI
Kecacaan karena pembedahan terutama bila kanker kulit tersebut kambuh ada wajah yang membutuhkan reseksi ulang, atau jika eksisi luas dibutuhkan seperti halnya ada melanoma. Selain itu juga dapat terjadi metastase penyakit ke otak biasanya fatal kecuali bila reseksi pembedahan masih mungkin di lakukan.
Serta dapat menimbulkan metastase tulang dan dapat menimbulkan nyeri berat dan mengarah pada fraktur dan kompresi medulla spinalis.









laporan pendahuluan lupus

         Lupus adalah penyakit kronis yang merusak sistem kekebalan tubuh (imunitas) dan memengaruhi berbagai macam jaringan; kulit, persendian, jantung, darah, ginjal, dan otak.Secara normal, sistem imunitas tubuh akan membentuk protein, dikenal sebagai antibodi, yang bertugas mematikan virus, bakteri, atau materi asing yang masuk ke dalam tubuh.Pada penderita lupus, sistem imunitasnya tidak mampu membedakan antara substansi asing dan sel-sel dan jaringan tubuh. Antibodi yang dihasilkan justru melawan sel-sel yang seharusnya dibutuhkan oleh tubuh.
A. Penyebab Lupus :
        Lupus adalah penyakit misterius dan belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkannya. Hanya sedikit tanda atau gejala yang ditampakkan sebelum si penderita secara visual mengalami keganjilan. Mendadak si penderita akan mengalami perubahan fisik yang nyata.
B. Pemeriksaan Lupus :
      Untuk menguji apakah seseorang menderita lupus, maka dilakukan sebuah pengujian dengan menggunakan tes darah bernama Anti Nuclear Antibody (ANA). Tes ini akan mengidentifikasi autoantibodi (antibodi perusak) yang memakan sel-sel berguna di dalam tubuh. Hasil positip tes ini belum bisa dikatakan seseorang menderita lupus. Dibutuhkan data-data lain seperti gejala-gejala, catatan fisik pasien, dan tes lengkap laboratorium hingga dipastikan si pasien apakah menderita lupus.
C. Gejala-gejala awal Lupus :
1. Rasa ngilu yang luar biasa di bagian persendian
2. Penderita mengalami kelelahan yang ekstrim
3. Muncul semacam bekas luka di sekujur tubuh
4. Pipi dan hidung penderita tampak menyerupai kupu-kupu (butterfly effects)
5. Mengalami anemia yang amat parah
6. Saat bernapas, penderita mengalami tekanan yang berat
7. Timbul permasalahan di sekitar hidung dan mulut
8. Sensitif terhadap cahaya, sinar matahari maupun kilatan foto
D. Perawatan bagi penderita lupus :
Salah satu perawatan yang dilakukan untuk penderita lupus adalah pengobatan medis. Ada beberapa jenis obat yang bisa mengurangi gejala lupus, akan tetapi, penggunaannya akan menimbulkan efek samping. Gejala dan efek samping yang dialami oleh masing-masing pasien sangan variatif dan tak bisa diprediksi. Jadi dibutuhkan pendampingan oleh petugas kesehatan dalam kasus ini.


E. Obat-obatan yang diberikan bagi penderita lupus:
1. Steroid
2. Immunosuppressant
3. Antimalarial (Plaquenil/Hydroxychloroquine)
4. Non-Steroidal anti-inflammatories
F. Lupus bisa dicegah dengan:
1. Mengurangi kontak dengan sinar matahari
2. Menerapkan hidup sehat dan menghindarkan diri dari stres
3. Tidak merokok
4. Berolahraga secara teratur
5. Melakukan diet nutrisi
G. Fakta-fakta tentang penyakit lupus
1. Lupus adalah penyakit autoimunitas, penyakit rheumatic.
2. Pada penderita lupus, sistem imunitas tubuh menyerang sel dan jaringan miliknya sendiri.
3. Ada lima jenis penyakit lupus dan masing-masing memiliki karakteristik yang khas dan membutuhkan penanganan yang berbeda pula
4. Sembilan puluh persen penderita lupus adalah perempuan
5. Di Amerika Serikat terdapat 11 kampus yang mengkhususkan penanganan terhadap penyakit lupus
6. Sampai dengan sekarang, sangatlah sulit untuk mendiagnosis penyakit lupus
7. Penanganan lupus sangat tergantung dari gejala yang timbul
8. Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia menderita lupus
9. Ras tertentu memiliki risiko terkena lupus lebih besar dibandingkan ras lain; Afro-Amerika, Hispanik, Asia, dan Penduduk asli Amerika.
10. Mayoritas penderita lupus, setelah diobati, akan tumbuh secara normal
11. Penanganan lupus dilakukan oleh rheumatologis

demensia

DEMENSIA

A. DEFINISI

Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif.
Demensia merupakan kerusakan progresif fungsi-fungsi kognitif tanpa disertai gangguan kesadaran.( Elizabeth Corwin, 2001 )
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak. Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi. Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit Alzheimer stadium awal.




B. ETIOLOGI
Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang semrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi.
Demensia sosok Lewy sangat menyerupai penyakit Alzheimer, tetapi memiliki perbedaan dalam perubahan mikroskopik yang terjadi di dalam otak.
Penyebab ke-2 tersering dari demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut. Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark. Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak. Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest.
Penyebab lain dari demensia adalah:
- Penyakit Pick
- Penyakit Parkinson
- AIDS
- Penyakit Creutzfeldt-Jakob

Hidrosefalus bertekanan normal terjadi jika cairan yang secara normal mengelilingi otak dan melindunginya dari cedera, gagal diserap sebagaimana mestinya. Hidrosefalus ini menyebabkan demensia yang tidak biasa, dimana tidak hanya menyebabkan hilangnya fungsi mental tetapi juga terjadi inkontinensia air kemih dan kelainan berjalan.
Orang yang menderita cedera kepala berulang (misalnya petinju) seringkali mengalami demensia pugilistika (ensefalopati traumatik progresif kronik); beberapa diantaranya juga menderita hidrosefalus.
Usia lanjut yang menderita depresi juga mengalami pseudodemensia. Mereka jarang makan dan tidur serta sering mengeluh tentang ingatannya yang berkurang; sedangkan pada demensia sejati, penderita sering memungkiri hilangnya ingatan mereka.

C. MANIFESTASI KLINIS
- Terganggunya daya fisik
- Pelupa
- Apatis (menyendiri)
- Sering mengulang kata – kata
- Disorientasi waktu
- Sulit untuk melakukan kegiatan sehari – hari
- Emosional
- Sulit belajar
- Kurang konsentrasi
- Kurang perawatan diri
- Kurang koordinasi gerakan
Gejala Klinis:
Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu
1. Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang pasif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana. Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :
1. Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami.
2. Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara lain, disorientasi gangguan bahasa (afasia) penderita mudah bingung penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi. Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”.


3. Stadium III
Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun. Gejala klinisnya antara lain:
Penderita menjadi vegetatif tidak bergerak dan membisu daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.
2. Demensia Vaskuler
Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia vaskuler
daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.
Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya:
• Kelainan sebagai penyebab Demensia :
1. Penyakit degenaratif
2. Penyakit serebrovaskuler
3. Keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO
4. Trauma otak
5. Infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)
6. Hidrosefaulus normotensif
7. Tumor primer atau metastasis
8. Autoimun, vaskulitif
9. Multiple sclerosis
10. Toksik
11. Kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease
• Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi:
1. Gangguan psiatrik :
- Depresi
- Anxietas
- Psikosis
2. Obat-obatan :
- Psikofarmaka
- Antiaritmia
- Antihipertensi
- Antikonvulsan
- Digitalis
3. Gangguan nutrisi:
- Defisiensi B6 (Pelagra)
- Defisiensi B12
- Defisiensi asam folat
- Marchiava-bignami disease
4. Gangguan metabolisme :
- Hiper/hipotiroidi
- Hiperkalsemia
- Hiper/hiponatremia
- Hiopoglikemia
- Hiperlipidemia
- Hipercapnia
- Gagal ginjal
- Sindromk Cushing
- Addison’s disesse
- Hippotituitaria
- Efek remote penyakit kanker



D. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani kasus demensia adalah melakukan verifikasi diagnosis. Diagnosis yang akurat sangat penting mengingat progresifitas penyakit dapat dihambat atau bahkan disembuhkan jika terapi yang tepat dapat diberikan. Tindakan pengukuran untuk pencegahan adalah penting terutama pada demensia vaskuler. Pengukuran tersebut dapat berupa
pengaturan diet, olahraga, dan pengontrolan terhadap diabetes dan hipertensi. Obat-obatan yang diberikan dapat berupa antihipertensi, antikoagulan, atau antiplatelet. Pengontrolan terhadap tekanan darah harus dilakukan sehingga tekanan darah pasien dapat dijaga agar berada dalam batas normal, hal ini didukung oleh fakta adanya perbaikan fungsi kognitif pada pasien demensia vaskuler. Tekanan darah yang berada dibawah nilai normal menunjukkan perburukan fungsi kognitif, secara lebih lanjut, pada pasien dengan demensia vaskuler. Pilihan obat antihipertensi dalam hal ini adalah sangat penting mengingat antagonis reseptor dapat memperburuk kerusakan fungsi kognitif. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan diuretik telah dibuktikan tidak berhubungan dengan perburukan fungsi kognitif dan diperkirakan hal itu disebabkan oleh efek penurunan tekanan darah tanpa mempengaruhi aliran darah otak. Tindakan bedah untuk mengeluarkan plak karotis dapat mencegah kejadian vaskuler berikutnya pada pasien-pasien yang telah diseleksi secara hati-hati. Pendekatan terapi secara umum pada pasien dengan demensia bertujuan untuk memberikan perawatan medis suportif, dukungan emosional untuk pasien dan keluarganya, serta terapi farmakologis untuk gejala-gejala yang spesifik, termasuk perilaku yang merugikan.

E. PATOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit yang klasik pada demensia adalah awitan (onset) yang dimulai pada usia 50 atau 60-an dengan perburukan yang bertahap dalam 5 atau 10 tahun, yang sering berakhir dengan kematian. Usia awitan dan kecepatan perburukan bervariasi diantara jenis-jenis demensia dan kategori diagnostik masing-masing individu. Usia harapan hidup pada pasien dengan demensia tipe Alzheimer adalah sekitar 8 tahun, dengan rentang 1 hingga 20 tahun. Data penelitian menunjukkan bahwa penderita demensia dengan awitan yang dini atau dengan riwayat keluarga menderita demensia memiliki kemungkinan perjalanan penyakit yang lebih cepat. Dari suatu penelitian terbaru terhadap 821 penderita penyakit Alzheimer, rata-rata angka harapan hidup adalah 3,5 tahun. Sekali demensia didiagnosis, pasien harus menjalani pemeriksaan medis dan neurologis lengkap, karena 10 hingga 15 persen pasien dengan demensia potensial mengalami perbaikan (reversible) jika terapi yang diberikan telah dimulai sebelum kerusakan otak yang permanen terjadi. Perjalanan penyakit yang paling umum diawali dengan beberapa tanda yang samar yang mungkin diabaikan baik oleh pasien sendiri maupun oleh orang-orang yang paling dekat dengan pasien. Awitan yang bertahap biasanya merupakan gejala-gejala yang paling sering dikaitkan dengan demensia tipe Alzheimer, demensia vaskuler, endokrinopati, tumor otak, dan gangguan metabolisme. Sebaliknya, awitan pada demensia akibat trauma, serangan jantung dengan hipoksia serebri, atau ensefalitis dapat terjadi secara mendadak. Meskipun gejala-gejala pada fase awal tidak jelas, akan tetapi dalam perkembangannya dapat menjadi nyata dan keluarga pasien biasanya akan membawa pasien untuk pergi berobat. Individu dengan demensia dapat menjadi sensitif terhadap penggunaan benzodiazepin atau alkohol, dimana penggunaan zat-zat tersebut dapat memicu agitasi, sifat agresif, atau perilaku psikotik. Pada stadium terminal dari demensia pasien dapat menjadi ibarat “cangkang kosong” dalam diri mereka sendiri, pasien mengalami disorientasi, inkoheren, amnestik, dan inkontinensia urin dan inkontinensia alvi. Dengan terapi psikososial dan farmakologis dan mungkin juga oleh karena perbaikan bagian-bagian otak (self-healing),gejala-gejala pada demensia dapat berlangsung lambat untuk beberapa waktu atau dapat juga berkurang sedikit. Regresi gejala dapat terjadi pada demensia yang reversibel (misalnya demensia akibat hipotiroidisme, hidrosefalus tekanan normal, dan tumor otak) setelah dilakukan terapi. Perjalanan penyakit pada demensia bervariasi dari progresi yang stabil (biasanya terlihat pada demensia tipe Alzheimer) hingga demensia dengan perburukan (biasanya terlihat pada demensia vaskuler) menjadi demensia yang stabil (seperti terlihat pada demensia yang terkait dengan trauma kepala).

F. PATHWAY
Penurunan fisiologis


Pengkakuan pembuluh darah


Gangguan sirkulasi darah




































G. FOKUS PENGKAJIAN
Untuk melakukan pengkajian pada lansia dengan demensia, pertama-tama saudara harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia. Untuk dapat membina hubungan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
- Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore /malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.
- Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.
- Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
- Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
- Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut.

Bersikap empati dengan cara:
- Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan perhatian bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.
- Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti (hindari penggunaan kata atau kalimat jargon)
Bicara lambat , ucapkan kata atau kalimat yang jelas dan jika bertanya tunggu respon pasien.
- Tanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata - kata yang sama.
- Volume suara ditingkatkan jika ada gangguan pendengaran, jika volume ditingkatkan, nada harus direndahkan.
- Sikap komunikasi verbal disertai dengan non verbal yang baik sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks dan terbuka.
- Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan klien:
• Tidak berisik atau ribut.
• Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup.
• Jarak disesuaikan, untuk meminalkan gangguan.
Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengan demensia, saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:
• Kurang konsentrasi
• Kurang kebersihan diri
• Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
• Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
• Tremor
• Kurang kordinasi gerak
• Aktiftas terbatas
• Sering mengulang kata-kata.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan efek yang labil, datar atau tidak sesuai.

H. Prioritas Diagnosa
Perubahan Proses berpikir berhubungan dengan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Defisit perawatan diri berhubungan dengan

I. Fokus Intervensi
Dx Keperawatan : Perubahan proses berpikir
Intervensi
Penatalaksanaan delusi : meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan orientasi realita pasien yang mengalami keyakinan yang salah yang mempunyai sedikit atau tidak berdasarkan realita. Seperti :
1. Ajarkan keluarga dan orang terdekat tentang cara menghadapi orang yang mengalami delusi
2. Berikan pengajaran kepada keluarga pasien tenteng penyakit pada pasien atau orang terdekat jika yang mendasari penyakit adalah delusi (misalnya delirium dan depresi)
Penatalaksanaan demensia tetapkan modifikasi lingkungan untuk pasien yang mengalami kondisi konfusi kronis

Dx keperawatan : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan akibat dari gangguan psikologis (depresi)
Intervensi :
Pengelolaan gangguan makanan : pencegahan dan penanganan pembatasan diet yang berat dan aktivitas

trauma mata

TRAUMA MATA TUMPUL

1. PENGERTIAN
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat dan pencegahan terhadap terjadinya penyulit yang diakibatkannya. Tauma tumpul yang terjadi dapat mengakibatkan beberapa hal, yaitu:
1. Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii. Penanganan: Kompres dingin 3 kali sehari.
2. Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
3. Ruptura membran descement
Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit menjadi jernih kembali. Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan dan tetes mata kortisol.
4. Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius.
Pembagian hifema:
o Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma.
o Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.
Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan mempengaruhi visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler.
Penanganan: Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang di sertai dengan glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di lakukannya parasintesis yaitu membuat insisi pada kornea dekat limbus, kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup dengan verband.
Komplikasi hifema:
• Galukoma sekunder, di sebabkan oleh adanya penyumbatan oleh darah pada sudut kamera okuli anterior.
• Imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-lamel kornea, sehingga kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun.
Penanganan terhadap imhibisi kornea: Tindakan pembedahan yaitu keratoplastik.
5. Iridoparese
IridoplegiaAdalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.
6. Iridodialisis
Iridodialisis ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di sebut dengan pseudopupil.
Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.
7. Irideremia Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.
Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau.
8. Subluksasio lentis- luksasio lentis
Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila terjadi gaukoma maka perlu operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia pengobatan di lakukan secara konservatif.
9. Hemoragia pada korpus vitreum
Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, kare na bnayak terdapat eritrosit pada korpus siliare, visus akan sangat menurun.
10. Glaukoma
Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour.Penanganan di lakukan secara operatif.
11. Ruptura sklera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif segera.
12. Ruptura retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus di lakukan operasi.
2. TANDA DAN GEJALA
• Mata merah
• Rasa sakit
• Mual dan muntah karena kenaikan Tekanan Intra Okuler (TIO).
• Penglihatan kabur
• Penurunan visus
• Infeksi konjunctiva
• Pada anak-anak sering terjadi somnolen

3. PATOFISIOLOGI
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali.
4. PENATALAKSANAAN
Trauma tumpul kompres es, istirahatkan Kontusio orbita bedah kamera posisi tegak, dan isrirahatkan mata. Kolaborasikan Hifema anterior penurunan dosis anemia sel sabit dan penggunaan obat anti koagulan waspadai.

5. PENGKAJIAN DASAR
a. Aktivitas dan istirahat
Perubahan dalam pola aktivitas sehari-hari/ hobi di karenakan adanya penurunan daya/ kemampuan penglihatan.
b. Makan dan minum
Mungkin juga terjadi mual dan muntah kibat dari peningkatan tekanan intraokuler.
c. Neurosensori
Adanya distorsi penglihatan, silau bila terkena cahaya, kesulitan dalam melakukan adaptasi (dari terang ke gelap/ memfokuskan penglihatan). Pandangan kabur, halo, penggunaan kacamata tidak membantu penglihatan. Peningkatan pengeluaran air mata.
d. Nyeri dan kenyamanan
Rasa tidak nyaman pada mata, kelelahan mata. Tiba-tiba dan nyeri yang menetap di sekitar mata, nyeri kepala.
e. Keamanan
Penyakit mata, trauma, diabetes, tumor, kesulitan/ penglihatan menurun.
f. Pemeriksaan penunjang
- Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina.
- Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma.
- Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg).
- Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi.

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Dx: Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (tindakan pembedahan).

Tujuan:
Tidak terjadi infeksi dengan kriteria: luka sembuh dengan cepat dan baik, tidak ada nanah, tidak ada eritema, tidak panas.

Intervensi:
a. Diskusikan dan ajarkan pada pasien pentingnya cuci tangan ysng bersih sebelum menyentuh mata.
b. Gunakan dan demonstrasikan tehnik yang benar tentang cara perawatan dengan kapas yang steril serta dari arah yang dalam memutar kemudian keluar.
c. Jelaskan pentingnya untuk tidak menyentuh mata/ menggosok mata.
d. Diskusikan dan observasi tanda-tanda dari infeksi (merah, darinase yang purulen).
e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obat antibiotik sesuai indikasi.
2. Dx: Penurunan sensori perceptual (penglihatan) berhubungan dengan adanya trauma, penggunaan alat bantu terapi.

Tujuan:
Dengan penurunan penglihatan tidak mengalami perubahan/ injuri.

Intervensi:
a. Kaji keadaan penglihatan dari kedua mata.
b. Observasi tanda-tanda dari adanya disorientasi.
c. Gunakan alat yang menggunkan sedikit cahaya (mencegah terjadinya pandangan yang kabur, iritasi mata).
d. Anjurkan pada pasien untuk melakukan aktivitas yang bervariasi (mendengarkan radio, berbincang-bincang).
e. Bantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
f. Anjurkan pasien untuk mencoba melakukan kegiatan secara mandiri.
3. Dx: Kurangnya pengetahuan (perawatan) berhubungan dengan keterbatasab informasi.

Tujuan:
Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang memadai tentang perawatan.

Intervensi:
a. Jelaskan kembali tentang keadaan pasien, rencana perawatan dan prosedur tindakan yang akan di lakukan.
b. Jelaskan pada pasien agar tidak menggunakan obat tets mata secara senbarangan.
c. Anjurkan pada pasien gara tidak membaca terlebih dahulu, “mengedan”, “buang ingus”, bersin atau merokok.
d. Anjurkan pada pasien untuk tidur dengan meunggunakan punggung, mengtur cahaya lampu tidur.
e. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan tindakan sesuai dengan anjuran petugas.

jalan terbaik

    news

    Portal ke Blog Kelompok Lain

    Google Translate

    cOmmEnT heRe

    Anggota Kelompok 6

    Untuk Lebih Jelas Bisa Di klik pada Gambar

    Taufik Febrianto

    Hafizh Ilman Asvito

    Akhlis Hidayatul Akbar

    Akhlis Hidayatul Akbar

    Uji Luhur Istiyarto

    Wirati Enny Sayekti

    Ari Mukti Wibowo(foto belum ada)

    Windiyatun Ekaningsih

    Ita NurFidniyah

    Wiji Hastuti

    Yupi Nurhastuti

    Nikmah Khuriyati Solehah

    Fitri Susanti